The First Berserker Kazan RPG Souls-like Segar dari Korea yang Layak Dicoba!

Bosan dengan game action RPG bergaya souls-like yang itu-itu saja? Saya juga, bro! Tapi kali ini, ada yang beda. Lewat game The First Berserker: Kazan, Nexon — developer asal Korea Selatan — mencoba memberi warna baru di genre yang sudah mulai jenuh ini. Meski tetap membawa nuansa souls-like yang kental, game ini punya sentuhan unik yang bikin saya betah main hingga lebih dari 30 jam!
Saya pertama kali mengenal game ini saat Tokyo Game Show kemarin. Booth-nya besar dan antreannya panjang banget! Sayangnya, saat itu belum ada informasi lengkap karena memang itu adalah showcase perdana mereka. Rasa penasaran pun membawa saya untuk mencoba game ini begitu rilis. Dan jujur, saya cukup terkesan.
Plot Cerita: Dendam dari Dunia Kematian
Kita berperan sebagai Kazan, seorang jenderal perang yang dituduh sebagai pengkhianat dan dihukum mati. Namun, saat sudah tiada, sebuah entitas misterius bernama Blade Phantom menghidupkannya kembali dengan kekuatan supranatural dari dunia lain. Dari situlah kisah balas dendam Kazan dimulai.
Cerita game ini memang tidak terlalu panjang, namun cukup kuat untuk mendorong rasa penasaran pemain. Cutscene-nya juga pas, tidak berlebihan tapi cukup untuk menghidupkan suasana. Sayangnya, dialog dengan NPC cenderung membosankan dan terlalu repetitif. Saya pribadi mulai sering menekan tombol skip seiring permainan berjalan.
Combat System: Sederhana tapi Menggigit
Nah, ini dia daya tarik utamanya. Meskipun hanya menyediakan tiga jenis senjata utama — Dual Wield, Greatsword, dan Spear — setiap senjata benar-benar menghadirkan gaya bermain yang berbeda. Dual Wield cocok untuk kamu yang suka gerakan cepat dan serangan bertubi-tubi.
Greatsword adalah senjata favorit saya. Meski berat, damage-nya gila dan cocok buat kamu yang suka ngeparry boss dengan presisi.
Spear cocok untuk kamu yang ingin bermain aman dari jarak menengah dan mudah membaca pergerakan lawan.
Awalnya combat terasa membosankan karena move set-nya terbatas. Tapi ketika skill tree mulai terbuka, semua berubah. Setiap senjata mendapatkan variasi skill aktif dan pasif yang bisa di-custom sesuai gaya main kamu. Saya bahkan sampai bereksperimen sendiri demi menemukan kombinasi skill dan senjata yang “gue banget”.
Tingkat Kesulitan: Susah Tapi Seru
Buat kamu yang nanya: “Bang, gamenya susah gak?”
Jawaban saya: Susah banget, bro! Bahkan saya main di mode Easy pun tetap dibuat frustasi beberapa kali. Variasi serangan boss sangat beragam dan masing-masing punya debuff unik seperti poison, burn, freeze, sampai bleed. Untuk melawannya, kamu harus pakai ramuan khusus. Tapi masalahnya, kamu gak tahu debuff-nya sampai kamu mati duluan. Frustrasi? Pasti. Tapi di situlah letak serunya.
Hal menarik lainnya adalah sistem grinding di game ini tidak mengharuskan kamu keliling map buat ngalahin monster demi naik level. Di sini, kamu cukup mati berkali-kali lawan boss, dan tetap dapat XP buat upgrade skill! Ini bikin saya terus termotivasi buat ngelawan bos yang sama lagi dan lagi — sampai akhirnya menang.
Eksplorasi? Jangan Harap Banyak
Buat kamu yang berharap game ini punya dunia open-world luas, siap-siap kecewa. Kazan lebih mirip game mission-based atau dungeon-based. Kamu hanya bisa menjelajah di satu tempat utama bernama Crevice, semacam town hub tempat kamu bisa beli item, crafting, ambil quest, dan upgrade skill.
Misinya sendiri bersifat linear, jadi jangan berharap bisa eksplorasi bebas. Tapi tenang, keseruan lain tetap ada, kok.
Crafting Armor: Makin Dalam Makin Asik
Fitur crafting di awal memang terasa terbatas. Tapi menjelang end-game, opsi armor semakin beragam dan bisa disesuaikan dengan gaya bermain masing-masing.
Yang menarik, resep armor bisa kamu temukan dengan mengalahkan mini-boss tersembunyi yang muncul di lokasi-lokasi tak terduga. Misalnya, kamu lagi lihat jalan kecil di map yang kelihatan gak penting, eh ternyata di ujungnya ada mini boss lagi ngedokem sendiri. Setelah dikalahkan, kamu bisa dapat resep armor secara random. Ini bikin saya selalu penasaran setiap kali lihat jalur mencurigakan.
Visual & Engine: Unreal Engine 4 Masih Oke?
Secara teknis, game ini dibangun menggunakan Unreal Engine 4. Di tahun 2025, ini mungkin terasa agak ketinggalan zaman. Tapi menurut saya, visualnya masih cukup oke, terutama untuk kelas game dungeon-based. Desain karakter dan efek skill-nya lumayan keren, meskipun beberapa elemen environment terlihat “kosong” atau tidak terlalu detail.
Kesimpulan: Worth It atau Lewatin Aja?
The First Berserker: Kazan bukan game souls-like paling revolusioner. Tapi, ia punya cukup banyak hal untuk membuatnya terasa berbeda mulai dari sistem combat yang dalam, skill tree yang seru buat diutak-atik, hingga pendekatan grinding yang lebih manusiawi.
Buat kamu yang pengen sensasi “tersiksa tapi puas” ala game souls-like, tapi dalam format yang lebih ringan dan cepat, Kazan layak banget buat kamu coba.